I Gusti Ketut Jelantik adalah Pahlawan Nasional Indonesia asal Karangasem Bali
Pada tahun 1843, Belanda berhasil meminta persetujuan beberapa raja dari kerajaan Bali untuk menghapuskan hak hukum Tawan dan mengakui kekuasaan Belanda
Ia merupakan patih dari kerajaan Buleleng yang berperan dalam Perang Bali 1, Perang Jagaraja, dan Perang Bali 3 pada tahun 1849
Kota Jelantik menolak menghapus perjanjian yang diinginkan oleh Belanda, menyebabkan perang di mana pihak Buleleng kalah
Belanda berhasil memilik istana Buleleng setelah perang, membuat raja Buleleng dan patihnya melarikan diri ke Jagaraga
Belanda mengejar Ketut Jelantik dan raja ke Jagaraga, di mana Jelantik bersembunyi di benteng pertahanan yang dibuatnya bersama prajuritnya
Pada Juni 1848, perang meletus di Jagaraga dan Belanda berhasil dipukul mundur
Namun, Belanda menyerang lagi Jagaraga pada 16 April 1849 dan Jelantik berhasil lolos dari serangan Belanda
Ketut Jelantik melarikan diri ke Karangasem, namun tewas dalam penyergapan di Lombok yang dilakukan oleh sekutu Belanda
Sultan Ageng Tirtayasa adalah Sultan Banten ke-6
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil membawa kerajaan Banten menuju puncak kejayaannya
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa antara tahun 1651 sampai 1683
Pada tahun 1656, Sultan Ageng Tirtayasa menyerang Batavia dari arah Barat dan Timur
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) menerapkan kebijakan anh VOC di Banten
VOC menggunakan strategi politik "devide et impera" atau adu domba di kalangan Kesultanan Banten
VOC berupaya memecah belah antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya Pangeran Abdul Kohar
Sultan Haji bersekutu dengan Belanda untuk mendapatkan Sultan Ageng Tirtayasa
Pada tanggal 6 Maret 1682, VOC berhasil menguasai daerah Tirtayasa termasuk istana surosowan
Sultan Haji berhasil membujuk Tirtayasa untuk kembali ke istana dengan surat keinginan untuk berdamai
Setelah kembali ke istana, Tirtayasa disambut dengan baik oleh Sultan Haji dan pihak VOC
Namun, setelah beberapa saat tinggal di istana, Tirtayasa ditangkap oleh Belanda dan dibawa ke Batavia tahun 1683
Pada tahun 1692, Tirtayasa dimakamkan di pemakaman raja-raja Banten yang berada di sebelah utara Masjid Agung Banten