KP - 39 Perilaku Seksual Remaja dan Kesehatan Reproduksi

Cards (38)

  • Ilmu kesehatan masyarakat mengkaji upaya-upaya untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia/hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam pengadaan pelayanan kesehatan.
  • Seluruh penduduk dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara efisien dan efektif, dengan memperbaiki sanitasi lingkungan, pemberantasan, penyakit menular, dan pendidikan untuk kebersihan orang, dapat setiap orang secara mandiri mampu mencapai derajat kesehatan yang optimal.
  • Perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
  • Penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual lebih dini.
  • Masalah sekitar teknologi dipengaruhi oleh teknologi reproduksi dengan bantuan, pemilihan bayi berdasarkan kelamin, penapisan genetik, keterjangkauan dan kesamaan kesempatan, dan etika dan hukum yang terkait dengan teknologi reproduksi.
  • Masalah pelacuran dipengaruhi oleh demografi pekerja seksual komersial, faktor-faktor yang mendorong pelacuran, dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, dan kebijakan dan program pemerintah.
  • Masalah penyakit menular seksual yang lama, baru, dan HIV/AIDS dipengaruhi oleh masalah kesehatan reproduksi, dampak sosial dan ekonomi, dan kebijakan dan program pemerintah.
  • Kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan dipengaruhi oleh norma sosial, sikap masyarakat, dan berbagai langkah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
  • Adanya persepsi bahwa dirinya memiliki risiko yang lebih rendah atau tidak berisiko sama sekali berhubungan dengan perilaku seksual, maka semakin mendorong remaja memenuhi dorongan seksualnya pada saat sebelum menikah (youth vulnerability).
  • Remaja beranggapan bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse pertama kali.
  • Merasa bahwa dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
  • Sikap positif tentang seksualitas dapat ditunjukkan dengan menempatkan sek sesuai dengan fungsi dan tujuan (keturunan dan rekreasi), tidak berfikir seks jijik dan jorok, tidak dijadikan candaan dan obrolan bebas, mengikuti norma dan kaedah sesuai tuntunan agama, dan disiskusikan dalam konteks ilmiah sesuai fungsi dan tujuan.
  • Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya.
  • Sekualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku yang diperbolehkan dalam kultur.
  • Penyebab dari AIDS adalah virus HIV (human immuno deficiency virus), salah satu cara penularannya adalah melalui hubungan seksual.
  • Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus dan non verbal.
  • Sekualitas berkaitan dengan perilaku yang dipelajari.
  • Dampak seksualitas pada remaja dapat berupa dampak fisik seperti AIDS, dan dampak psikologis seperti konflik internal.
  • Fisiologis, serviks remaja putri memiliki ektropion (eversi kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel epithelial kolumnar yang jauh lebih rentan tertular PMS.
  • Risiko tertular PMS (penyakit menular seksual/PMS) dapat terjadi pada remaja yang aktif secara seksual.
  • Sekualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi.
  • Hormon mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak perempuan mengalami menstruasi dan perkembangan karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki mengalami pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan perkembangan karakteristik seks sekunder.
  • Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
  • Dampak fisik AIDS adalah kumpulan gejala penyakit kelamin yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh.
  • Sekualitas berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.
  • Hamil yang tidak dikehendaki ( Unwanted pregnancy) merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual remaja.
  • Empat faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi: Faktor sosial ekonomi dan demografi berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidak tahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
  • Faktor biologis berhubungan dengan cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi dll.
  • Kesehatan reproduksi menurut ICPD (International Conference on Population and Development) adalah kesehatan jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.
  • Faktor budaya dan lingkungan berhubungan dengan praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi.
  • Menurut Tanner (1990), perkembangan minat seksual remaja antara lain: Mencari informasi seks.
  • Faktor psikologis berhubungan dengan keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita dimata pria yang membeli kebebasan dengan materi.
  • Kesehatan reproduksi mencakup kondisi dimana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalani kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan.
  • Faktor sosial, ekonomi, budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani, juga tidak adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan reproduksi.
  • Terdapat dua faktor dalam membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya: faktor internal yang meliputi intensitas hubungan dalam per
  • Ada 2 faktor dalam membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya: faktor internal yang meliputi intensitas hubungan dalam perkawinan, sikap dan persepsi janin yang dikandung, kesiapan psikologis dan ekonomi, dan faktor eksternal yang meliputi sikap dan penerimaan orang tua kedua belah pihak, penilaian masyarakat, lembaga keagamaan, perubahan hidup dimasa depan.
  • Membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya, terdapat dua faktor: faktor internal yang meliputi intensitas hubungan dalam perkawinan, sikap dan persepsi janin yang dikandung, kesiapan psikologis dan ekonomi, dan faktor eksternal yang meliputi sikap dan penerimaan orang tua kedua belah pihak, penilaian masyarakat, lembaga keagamaan, perubahan hidup dimasa depan.
  • Terdapat dua faktor dalam membawa remaja pada dua pilihan, melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya: faktor internal yang meliputi intensitas hubungan dalam perkawinan, sikap dan persepsi janin yang dikandung, kesiapan psikologis dan ekonomi, dan faktor eksternal yang meliputi sikap dan penerimaan orang tua kedua belah pihak, penilaian masyarakat, lembaga keagamaan, perubahan hidup dimasa depan.