Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum formulasi dengan melakukan pengumpulan data sifat-sifat fisikokimia bahan aktif maupun eksipienyang akan digunakan pada formulasi
Preformulasi
Dasar karakterisasi suatu bahan termasuk bahan aktif, karena akan sangat menentukan dalam perancangan bentuk sediaan farmasi
Preformulasi
Proses optimasi melalui penentuan sifat-sifat fisikokimia bahan aktif dan eksipien dalam menyusun formulasi sediaan yang aman, efektif, berkualitas, dan stabil
Obat (bahan kimia atau alam) diberikan dalam bentuk sediaan dengan penambahan bahan aditif (eksipien)
Tujuan preformulasi
Menggambarkan proses optimasi dalam menyusun formulasi sediaan yang stabil, efektif, dan aman
Aspek yang dipelajari dalam preformulasi
Wujud (gas, cair, padat)
Organoleptis (bau, rasa, warna)
Kelarutan
pKa
Stabilitas (kimia, fisika, mikrobiologi)
Kompatibilitas dengan obat-obat atau obat-eksipien
Wujud bahan aktif farmasi
Bisa terdapat dalam wujud padat, cair dan gas
Bahan aktif padat
Bisa dibuat dalam bentuk sediaan padat, semipadat maupun cair
Bahan aktif gas
Hanya bisa dibuat menjadi bentuk sediaan cair, contoh: gas oksigen dibuat dalam bentuk larutan oksigen dalam air
Bahan aktif cair
Bisa dibuat dalam bentuk sediaan cair, contoh: minyak ikan bisa dibuat dalam bentuk emulsi
Sifat organoleptis
Warna, rasa dan bau yang sangat menentukan di dalam formulasi sedian farmasi cair
Bahan obat dengan warna putih
Bisa dibuat sediaan cair dengan warna sedian bervariasi bergantungpada zat warna yang digunakan
Bahan obat yang berwarna
Bisa mempengaruhi warna dari sediaan, sehingga bisa disesuaikan pewangi atau perisa yang sesuai dengan warna tersebut, contoh: vitamin B2 (riboflavin) yang berwarna kuning bisa dibuat sediaan cair dengan perisa nanas atau lemon
Bahan obat umumnya berasa pahit
Dalam formulasi sediaan cair biasanya ditambahkan bahan penutup rasa atau pemanis
Bahan obat yang memiliki bau tidak disukai
Harus ditutupi baunya dengan penambahan pewangi tertentu, seperti minyak kayu manis (oleum cinnamomic) atau minyak permen (oleum mentha piperitae)
Kelarutan obat
Selain dosis yang digunakan, kelarutan obat di dalam air sangat menentukan bentuk sediaan cair yang akan dibuat
Obat dengan kelarutan tinggi dalam air
Umumnya dibuat larutan, seperti sirup isoniazid,sirup vitamin C
Obat dengan dosis cukup besar dan kelarutan yang buruk dalam air (<10 mg/mL)
Dibuat sediaan suspensi, contoh: ibuprofen dosis 100 mg/5 mL dengan kelarutan praktis tidak larut dalam air (<1 mg/mL) akan sulit dibuat sediaan larutan, sehingga banyak tersedia dipasaran dalam bentuk sediaan cair
Obat-obat bentuk cair yang tidak bercampur dengan air
Dibuat sediaan emulsi, contoh: emulsi minyak ikan, paraffin likuid, dll
pKa
Konstanta ionisasi suatu bahan aktif farmasi penting diketahui untuk memprediksi kelarutan dan kemampuan obat untuk diabsorpsi
Obat yang bersifat asam lemah
Akan mudah larut pada pH makin naik
Obat yang bersifat basa lemah
Akan mudah larut pada pH semakin turun
Stabilitas
Dipengaruhi oleh pH dan suhu
Reaksi penguraian
Hidrolisis (penguraian dalam air, co : golongan β-laktam, asetosal, dll.)
Oksidasi (peningkatan bilangan oksidasi, co : senyawa fenol, amin aromatis, aldehid, senyawa alifatik tidak jenuh.)
Fotolisis (penguraian oleh cahaya, co: riboflavin, nipedifin, klorpromazin, naproksen.)
Obat dengan mengalami hidrolisis, seperti golongan betalaktam
Bisa dibuat sediaan suspense kering, karena usia simpannya (t90)bila ada air bisa bertahan selama 7 hari, sedangkan batas penggunaan sediaan hanya 3 hari setelah direkonstitusi dengan air
Kompatibilitas
Kompatibilitas antara obat dengan eksipien atau obat dengan obat lain di dalam sediaan cair harus diketahui, karena akan berdampak kepada stabilitas obat tersebut
Interaksi obat-obat dan obat-eksipien
Dapat ditentukan secaraspektroskopi (IR, difraksi sinar-X, dll) atau analisis termal (DSC, Hot Stage Microscopy /HSM) atau bisa diperoleh melalui literatur-literatur